Berperan
sebagai Ayah: Sebuah Langkah Awal
Disampaikan
oleh:
Aad
Satria Permadi, M.A.,
Mengapa harus Ayah?
- Alloh SWT memerintahkan laki-laki untuk menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka
- Tokoh-tokoh hebat tidak lepas dari sosok seorang ayah (Ex. Nabi Muhammad SAW, Siti Maryam, dan Rabi’ah Arro’i)
- Lelaki dan perempuan dilahirkan berbeda struktur otaknya: kemampuan komunikasi, empati, berpikir multitasking, fokus, dan agresivitas (Baron & Cohen, 2003)
- Anak perlustimulasi kedua otaknya, agar menjadi pribadi yang kepribadiannya terintegrasi dengan baik.
- Manusia-manusia hebat tidak pernah lepas dari sosok Ayah:
1. Nabi Muhammad SAW; diasuh oleh Kakek dan pamannya
2. Siti Maryam; diasuh oleh Nabi Zakariya a.s
Ayah yang “dirindukan”: Langkah awal
melindungi anak dari siksa neraka
- Ayah-ayah hebat dalam al-Qur’an selalu dipanggil dengan sebutan “aabati”, bukan “abi”
- Ex: Perkataan Ismail, “Yaa abati if al ma tu’mar” (Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang Alloh perintahkan kepadamu)
- Kisah Nabi Ibrahim yang bertemu dengan Ismail 1 tahun sekali
- Kisah Robiah Arro’i yang bertemu dengan ayahnya setelah berpisah selama 30 tahun
Rindu itu karena PerhatiaN
- Kisah Rasululloh SAW care dengan anak dari ummu salamah yang makan dengan tangan kirinya
- Kisah Rasululloh SAW dengan Abu Umair
- Kisah hasan al-Banna dengan map tebal yang selalu dibawa kemana-mana
- Kisah Abdul Aziz bin Marwan yang care dengan rambut anaknya yang gondrong
Memberikan perhatian
- Mendoakan anak
- Sabar (konsisten dan jangan marah)
- Bertanya (bukan interogasi), mendengar, dan memberikan solusi
- Menerima keadan anak
- Mengingat hal-hal penting yang berkaitan dengan anak
- Ritual kecil di pagi atau malam hari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar