Rabu, 14 Desember 2016

Berperan sebagai Ayah: Sebuah Langkah Awal





Berperan sebagai Ayah: Sebuah Langkah Awal
Disampaikan oleh:
Aad Satria Permadi, M.A.,


Mengapa harus Ayah?

  •   Alloh SWT memerintahkan laki-laki untuk menjaga diri dan keluarganya dari siksa api neraka
  • Tokoh-tokoh hebat tidak lepas dari sosok seorang ayah (Ex. Nabi Muhammad SAW, Siti Maryam, dan Rabi’ah Arro’i)
  •   Lelaki dan perempuan dilahirkan berbeda struktur otaknya: kemampuan komunikasi, empati, berpikir multitasking, fokus, dan agresivitas (Baron & Cohen, 2003)
  •   Anak perlustimulasi kedua otaknya, agar menjadi pribadi yang kepribadiannya terintegrasi dengan baik.           
  •   Manusia-manusia hebat tidak pernah lepas dari sosok Ayah:
1.    Nabi Muhammad SAW; diasuh oleh Kakek dan pamannya
2.    Siti Maryam; diasuh oleh Nabi Zakariya a.s

Ayah yang “dirindukan”: Langkah awal melindungi anak dari siksa neraka

  •   Ayah-ayah hebat dalam al-Qur’an selalu dipanggil dengan sebutan “aabati”, bukan “abi”
  •   Ex: Perkataan Ismail, “Yaa abati if al ma tu’mar” (Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang Alloh perintahkan kepadamu)
  •   Kisah Nabi Ibrahim yang bertemu dengan Ismail 1 tahun sekali
  •   Kisah Robiah Arro’i yang bertemu dengan ayahnya setelah berpisah selama 30 tahun

          Rindu itu karena PerhatiaN

  •   Kisah Rasululloh SAW care dengan anak dari ummu salamah yang makan dengan tangan kirinya
  •  Kisah Rasululloh SAW dengan Abu Umair
  • Kisah hasan al-Banna dengan map tebal yang selalu dibawa kemana-mana
  •   Kisah Abdul Aziz bin Marwan yang care dengan rambut anaknya yang gondrong

            Memberikan perhatian

  •   Mendoakan anak
  •   Sabar (konsisten dan jangan marah)
  •   Bertanya (bukan interogasi), mendengar, dan memberikan solusi
  •   Menerima keadan anak
  •   Mengingat hal-hal penting yang berkaitan dengan anak
  •   Ritual kecil di pagi atau malam hari


Tidak ada komentar:

Posting Komentar