Saudaraku, sahabatku,
Jiwa yang tidak sehat sangat mungkin menimbulkan gangguan, masalah, pengaruh buruk terhadap diri sendiri maupun lingkungan masyarakat disekitarnya. Indikasi kejiwaan yang tidak stabil dalam Psikologi Islam sangatlah banyak, diantaranya adalah:
2. Pendendam
3. Pendengki (hasad)
4. Takkabur (sombong, angkuh)
5. Suka Pamer (Riya)
6. Membanggakan diri sendiri ('ujub)
7. Berburuk sangka (su'uzhzhon)
8. Was-was
9. Pendusta (kadzib)
10. Rakus dan serakah
11. Berputus asa
12. Lalai
13. Pemalas
14. Kikir
15. Hilangnya perasaan malu
Mari kita mempelajarinya satu demi satu.
1. Pemarah
Saudaraku,,
Pemarah adalah salah satu indikasi ada-nya gangguan kejiwaan.
Hal ini telah dijelaskan dalam Islam.
Di dalam Al-qur'an Allah SWT berfirman:
"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." [Q.S. Ali ‘Imran (3): 134]
Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda:
"Bukanlah orang yang menang di saat bergulat, tetapi sesungguhnya orang yang kuat itu adalah yang dapat menguasai dirinya di waktu marah". (H.R. Muslim dari Abu Hurairah R.A.)
Kata marah berasal dari kata: ghadlaba-yaghdlubu, artinya "marah".
al-ghadlbu dalam bentuk isim berarti lembu, singa, al-ghadlbu berarti "kemarahan".
Sedangkan al-ghudluub artinya ular yang jahat.
Al-Ghadhab ialah "Perubahan yg terjadi ketika mendidihnya darah di dalam hati untuk meraih kepuasan, apa yang ada di dalam dada ".
Sikap mudah marah adalah sesuatu yang sangat membahayakan perkembangan jiwa, bahkan dapat memberikan celaka kepada orang lain di lingkungannya. Oleh karena itu Islam membimbing individu dan masyarakat agar menjauhkan diri dari sifat pemarah dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Pendendam
Dendam adalah sikap suka membalas atas rasa sakit yang telah diderita sebelumnya kepada orang yang telah menyakiti atau kepada orang lain karena rasa"ingin menumpahkan kemarahan dan kepuasan hawa nafsu" yang ada di dalam dada.
atau:
Sifat "tidak senang memberikan maaf" kepada orang lain yang telah menyakiti dan atau telah menimpakan rasa tidak nyaman.
Sifat pendendam sangat mempengaruhi mental dan kejiwaan seseorang, dan untuk menghilangkannya sangat sulit, karena sifat ini erat kaitannya dengan sifat pemarah.
Seorang pemarah selalu diiringi dengan ingin membalas, apabila belum terbalas apa yang membuatnya marah, maka hatinya menjadi gelisah.
Bahkan saat dia tidak mampu mengendalikan rasa marahnya, dia melampiaskannya dengan melakukan "perusakan" apa saja yang ada disekitarnya.
Di dalam ajaran Islam sendiri kita dianjurkan agar tidak mempunyai sifat pendendam, Allah SWT berfirman dalam Al Quran An-Nuur(24): 22:
"..dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?"
Rasulullah juga pernah bercerita, ada seorang nabi yang dianiaya oleh kaumnya hingga berlumuran darah, maka sambil mengusap darah yang ada di wajahnya nabi tersebut seraya berdo'a:
"Ya, Allah ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui". (HR Bukhari-Muslim)
Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah SWT agar terhindar dari sifat pemarah dan pendendam ini dan senantiasa menjadi pribadi yang pemaaf.
Bakran Adz Dzakiey, Hamdani. Konseling dan Psikoterapi Islam. 2002. Fajar Pustaka Baru: Jogjakarta.
siapa nama nabi itu , ?
BalasHapus