Kamis, 13 Desember 2012

PENGERTIAN NAFS



Dalam Bahasa Arab an- nafs (النفس) yang bisa bermakna: nafas, nafsu, jiwa, diri, ruh, jasad, qolbu. Kata nafs berhubungan dengan kata nephes dalam bahasa Hebrew (Ibrani). Dalam bahasa Inggris kata yang mendekati dan sering digunakan untuk menerjemahkan makna nafs adalah soul, namun soul terbatas penggunaanya untuk sesuatu yang bersifat teologis dan metafisik. Kadangkala nafs diterjemahkan sebagai mind (pikiran, benak), namun mind juga tidak bisa mewakili kedalaman makna nafs.  
Dalam bahasa Indonesia nafs diterjemahkan sebagai jiwa, walaupun sering rancu dengan makna hawa nafsu, namun makna jiwa (perpaduan antara ruh dan jasad.) lebih sering digunakan dalam istilah Psikologi Islam.  Kata nafs cukup banyak disebutkan di dalam al-Quran, ada beberapa makna yang terkandung didalamnya, yaitu:

1         1.    Seorang manusia (seutuhnya):   

"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi."
(Q.S. al Maa-idah [5]: 32)

2.      Apa yang terdapat (bagian) dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku.
   
"Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

(Q.S. ar-Ra’d [13]:11)


3.       Menunjukkan Diri Allah Swt.

"Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang."
(Q.S. al-An’am [6]: 12)

Dalam pandangan al Quran, nafs diciptakan oleh Allah Swt dalam keadaan sempurna sebagai sarana menampung dan mendorong manusia untuk berbuat kebaikan dan keburukkan.
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya."
(Q.S. asy-Syams [91]: 7-8)

Mengilhamkan berarti member potensi agar manusia melalui nafs dapat menangkap makna baik dan baru, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukkan. Setelah ruh dan jasad disatukan maka munculah pengaruh yang ditimbulkan  jasad terhadap ruh, pengaruh tersebut kemudian memunculkan kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun oleh ruh. Kebutuhan atau dorongan jiwa inilah yang dikenal dengan hawa nafsu. Berkatalah Ibnu Abbas ra:
"Sumber dari maksiat, nafsu birahi, dan kelalaian adalah hawa nafsu. Bagimu berteman dengan orang bodoh yang membenci hawa nafsu lebih baik ketimbang berteman dengan orang pandai yang menyukai hawa nafsunya. Ilmu macam apakah yang dimiliki orang alim (pandai) yang menyukai hawa nafsunya atau kebodohan apakah yang akan dimiliki orang bodoh yang membenci hawa nafsunya?"
Al Quran mengajak manusia untuk selalu menjaga dan mensucikan jiwa-nya dari dorongan hawa nafsu:
"Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."
(Q.S. an-Nissa[4]: 29)  
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya"
(Q.S. asy-Syams [91]: 8-10)

Reff:
Adz Dzakiey, Hamdani Bakran. 2012. Psikologi Kenabian: Prophetic Psychology cet ke-5.Yogjakarta: Fajar Media Press.
Shafii, Mohammad; ed: M.A. Subandi. 2004. Psikoanalisis dan Sufisme. Yogjakarta: Campus Press
Taufiq, Muhammad Izzuddin Panduan Lengkap Psikologi Islam.2006. Jakarta: Gema Insani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar