Senin, 26 November 2012

Mengenal Tokoh (Ibn Sina)


Ibnu Sina
Terlahir dengan nama Abu Husein ibn Abdillah ibn Sina, di Barat dikenal dengan nama Avicenna. Dilahirkan di Asyafana, dekat Bukhara, 980 M. Orang tua beliau adalah pegawai pemerintahan Dinasti Samani. Sejak kecil telah mempelajari ilmu pengetahuan fisika, kedokteran, matematika, hukum, dll. Umur 17 tahun telah terkenal sebagai dokter, beliau pernah mengobati Pangeran Nuh ibn Mansur sampai sehat. Setelah orangtua beliau meninggal, beliau pindah ke suatu kota di dekat Laut Kaspia. Disana beliau mulai menulis ensiklopedia tentang kedokteran. Dua karyanya yang terkenal:
Ø  Asy Syifa (The Book of Healing)
Ø  Al Qanun fii al-Tibb (The Canon)
Beliau pernah bekerja di berbagai kerajaan, sebagai dokter dan menteri. Beliau meninggal pada tahun 1037 M di Isfahan.
Konsep Jiwa menurut Ibnu Sina

Jiwa dibagi menjadi tiga:
1.      Jiwa Tumbuhan (nafs- an- nabati)
Nafs yang paling dasar yang ada pada tumbuhan, hewan dan manusia dan semua benda hidup. Tujuannya memenuhi kebutuhan mencari makan, berkembang biak(reproduksi), dan pertumbuhan.

2.      Jiwa Binatang (nafs-al-haywaini)
Mempunyai dua daya/kekuatan (quwa),
a.      daya pendorong(quwa-al-muharrikah) dan
b.      daya persepsi(quwa al mudrikah)

3.      Jiwa Manusia (nafs-al-insani)
Membedakan manusia dari tumbuhan dan binatang, karena manusia mempunyai ciri kehidupan:
·         Mahluk sosial
·         Keinginan memanfaatkan alam untuk bertahan hidup
·         Mampu membuat alat
·         Mampu menggunakan informasi
·         Mampu menggunakan symbol untuk berkomunikasi
·         Mampu merasakan bahagia dan sedih
·         Mempunyai rasa malu
·         Memiliki system kepercayaan dan agama
·         Mempunyai kecerdasan

Tiga klasifikasi dasar diatas  bisa dilihat dari tahap pekembangan evolusi spiritual manusia. Tahapan manusia bukan merupakan puncak, namun manusia adalah mahluk yang dibekali potensi  dinamis untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi.
Seorang penyair Persia, Maulana Jalaluddin Rumi menggambarkan dalam puisinya. 

Aku mati sebagai mineral,  dan menjelma menjadi tumbuhan
Aku mati sebagai tumbuhan, dan menjelma menjadi binatang
Aku mati sebagai binatang dan menjelma menjadi manusia
Lalu mengapa aku harus takut berakhir pada kematian?
Maut tak pernah mengurangi sesuatu dariku
Sekali lagi! Aku masih harus mati sebagai manusia dan lahir di alam malaikat.
Aku masih harus mati lagi karena: “Segala sesuatu pasti binasa, kecuali wajah Allah”
Setelah dalam keadaan malaikat aku masih harus mati dan
menjelma menjadi sesuatu yang tidak bisa aku pahami
Ah, biarkanlah diriku lenyap , memasuki kekosongan, kensunyiann
Karena dalam kesunyian itulah terdengar suara
“Hanya kepada-Nyalah segala sesuatu kembali”

  materi kajian psikologi islam imamupsi 19 nov

Tidak ada komentar:

Posting Komentar