Guru-guru dan siswa-siswi Harmony di acara CFD
SABTU
pagi itu puluhan siswa menyambut kedatangan 16 mahasiswa Ikatan Mahasiswa
Muslim Psikologi Indonesia (Imamupsi) Fakultas Psikologi (Fapsi)
UMS dengan meriah. Sebanyak 16 mahasiswa tersebut ingin menjalin
tali persaudaraan sekaligus belajar dan mengajar di sekolah yang
beralamat di Jl. S. Indragiri no.70, Dadapsari, Srangkah, Ska.
Salah
satu siswa di sekolah itu, Dheny (18) terlihat paling girang diantara
teman-temannya menyambut kunjungan 16 mahasiswa dari UMS itu.
Ya,
sekolah tersebut adalah Sekolah Luar Biasa (SLB) Harmony yang digunakan
oleh anak berkebutuhan khusus untuk belajar. Karena
tingkahnya yang berlebihan melihat kedatangan mahasiswa dari UMS,
terpaksa Abduh, guru di sekolah tersebut membentak Dheni. Sontak
kejadian
ini sempat membuat ke16 mahasiswa yang sedang melakukan kunjungan
itu kaget.
Sebagai
tenaga didik, Abduh memang terkesan keras kepada Dheny. Hal ini
disebabkan karena Dheny sering bertingkah tidak beraturan sehingga memaksa
tenaga didik untuk lebih tegas. Dheny adalah salah satu siswa autis
yang membutuhkan penanganan khusus. Masing-masing siswa SLB Harmony
memang mendapatkan pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
mereka.
Perbedaan
pengajaran kepada siswa bisa dilihat dari fasilitas berupa kursi
yang disediakan. Ada dua warna kursi yang digunakan di sekolah tersebut.
Pertama, kursi mungil bewarna biru yang dilengkapi dengan meja
digunakan untuk siswa dengan tingkat kesulitan yang lebih. Kedua, kursi
berwarna coklat yang dilengkapi dengan meja berukuran sedang digunakan
untuk siswa yang penanganannya lebih mudah, seperti disleksia
dan diskalkulia.
Dheni
sendiri adalah siswa dengan polah yang agresif, jilbab dari salah satu anggota
IMAMUPSI menjadi korban, Meskipun demikian bukanlah berarti
ketegasan itu mengarah kepada kekerasan. “Kita sebagai guru memang
harus bisa terlihat lebih kuat dihadapan mereka,” terang Abduh yang
juga masih mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) UNS sekaligus guru di Harmoni.
Metode
yang digunakan oleh SLB Harmoni untuk mendidik anak berkebutuhan
khusus adalah metode Lovaas. Yaitu memusatkan perhatian anak
didik pada guru. “Jadi salah satu metode pengajaran yang kami gunakan
disini adalah metode lovaas, untuk memusatkan perhatian anak didik
pada guru, kita harus menggunakan beberapa perintah pancingan,” jelas
Ratna Guru senior di SLB Harmoni.
Lebih
lanjut ia mengatakan pancingan itu diberikan oleh guru kepada siswa
setelah menyelesaikan tugasnya. Menurut Ratna yang sudah bekerja selama
11 tahun di SLB Harmony, pancingan itu berupa reward yang bersifat
memotivasi dan tidak boleh yang bersifat membuat ketagihan. “Reward
itu misalnya kita berikan ia pujian seperti pinter, ganteng, cantik.
Sedangkan yang bisa membuat ketagihan itu bisa seperti makanan,“
paparnya.
Meskipun
demikian SLB Harmony yang hanya memiliki 20 guru harus
mengampu sekitar 50 siswa berkebutuhan khusus. Hal inilah yang menyebabkan
kegiatan belajar kurang optimal, idealnya satu guru mengampu satu murid karena
guru masih cukup minim
dan tidak seimbang dengan jumlah siswanya. Meskipun demikian guru
di sekolah ini memiliki wajah yang teduh dan penuh keikhlasan, sehingga
tak heran banyak orang tua mempercayakan anaknya yang memiliki
kebutuhan khusus untuk belajar di sana.
“Semoga
setelah kunjungan teman-teman pagi ini, bisa menjadikan hal yang
mendorong betahnya teman-teman IMAMUPSI untuk belajar dan mengajar
di sini,” harap Ratna kepada mahasiswa Imamupsi Fapsi UMS yang
berkunjung pagi itu.(A’yun/SA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar